Wednesday, December 21, 2016

Memanusiakan Manusia (Humanizing)


Si tou timou tumou tou” (Manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat memanusiakan manusia) 
—Sam Ratulangi (1890–1949)

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga merupakan Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano. Namanya diabadikan sebagai nama bandar udara di Manado, Bandara Sam Ratulangi, dan juga Universitas Sam Ratulangi, sebuah universitas negeri di Sulawesi Utara.

Rupiah pecahan Rp. 20.000,- bergambar Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi yang adalah putra terbaik kelahiran Minahasa, merupakan salah satu rupiah edisi baru yang diresmikan pengedarannya oleh Presiden Joko Widodo—seluruhnya 11 pecahan uang Rupiah tahun emisi 2016—bertepatan dengan perayaan Hari Bela Negara, yang jatuh pada 19 Desember 2016.

Seorang penulis, Michael Sendow mencoba menggambarkan secara sederhana apa maksud dari kalimat “Si tou timou tumou tou” itu. 

“Kenapa manusia baru dapat disebut manusia manakala ia sudah dapat memanusiakan manusia lain? Titik tolak dari pendapat beliau tentulah didasari atas pemahaman bahwa apa yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa kalau itu tidak memberi faedah bagi orang lain. Jujur saja, pendapat beliau bisa menjadi sebuah ‘kepastian universal’. Dapat diakui dan diterima dimana saja. Artinya begini, sebagai seorang manusia yang adalah ciptaan Tuhan paling mulia, kebahagiaan utama kita adalah tatkala kita dapat menjadikan sesama manusia lebih terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih baik hidupnya. Di situlah baru seseorang benar-benar memperoleh ‘gelar kemanusiaannya’. Selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan, dan semua kelebihan yang kita miliki hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri, berarti kita belum menjadi manusia utuh sebagaimana seharusnya kita. Tapi apabila manusia lain kita angkat derajatnya menjadi lebih baik lagi, di situlah kita sudah turut memanusiakan mereka.”

No comments:

Post a Comment