Sunday, December 3, 2017

Memahat Indonesia dengan Cinta

 
“Isteriku terjatuh dan terluka parah saat melintasi bukit terjal ini. Ia berniat mengantar air minum untukku. Aku bekerja di balik bukit. Sejak itu, aku memutuskan untuk membuat jalan pintas dengan cara membelah bukit ini. Cintaku kepada isteriku mengobarkan api semangatku. Tapi keinginan melihat ribuan penduduk desa melintasi bukit kapan jua mereka mau, membuatku sanggup bekerja selama bertahun-tahun tanpa takut dan khawatir.” —Dashrath Manjhi

Untukmu
Orang-orang tertawa dan mengolok-oloknya, bahkan menganggapnya gila. Tapi dia hanya melanjutkan pekerjaannya. Seorang diri. Sepanjang 22 tahun, siang dan malam. Mendaki dan menuruni bukit, dan membelahnya dengan cara memahatnya. Menantang alam, hanya dengan palu dan pahat.

Dashrath Manjhi (1934–2007), seorang petani pekerja yang miskin, sendirian membelah bukit-bukit batu Gehlaur, Bihar, India agar desanya memiliki akses lebih mudah ke fasilitas medis. Selama ini, demi memperoleh perawatan di kota terdekat, penduduk desa harus menempuh medan yang amat sulit dan berbahaya sepanjang puluhan kilometer. Pada 1959, istri Manjhi, Falguni Devi meninggal dalam perjalanan ke kota, karena tidak cepat mendapat pertolongan setelah mengalami kecelakaan di bukit itu. Rasa cinta kepada isterinya telah membekalinya kekuatan untuk memulai pekerjaan muskil itu. Walau isterinya tak lagi bisa menikmati hasil jerih payahnya. Manjhi ingin memastikan warga desanya tidak akan mengalami nasib yang sama sebagaimana isterinya. Dengan jalan setapaknya itu ia bermaksud memperpendek jarak dari 55 km menjadi hanya 15 km. Manjhi memahat bukit dari tahun 1960 sampai 1982 hingga jalan sepanjang 110 m, selebar 9,1 m, dan sedalam 7,6 m itu selesai.

Meninggal pada 2007, Manjhi menerima penghormatan melalui sebuah upacara pemakaman kenegaraan. Dewasa ini penduduk Bihar tak bisa lain kecuali bersyukur atas apa yang telah dikerjakannya. Pada tahun 2006, pemerintah Bihar mengusulkan agar ia memperoleh penghargaan Padma Shri dalam sektor pelayanan sosial. Namanya juga diusulkan sebagai nama sebuah rumah sakit.

Ketika sebuah film mengenai kisah kehidupannya dirancang, ia sedang berada di ranjang kematiannya. Manjhi memberikan cap jempolnya pada sebuah surat kesepakatan, sebagai tanda pemberian hak eksklusif pembuatan film tentang dirinya. Pada 2015, film Manjhi: The Mountain Man dirilis, membawa pesan tentang kekuatan Cinta dan kekukuhan jiwa.
1. Jalan Dashrath Manjhi yang kini menjadi jalan kehidupan bagi ribuan warga Bihar.

Manjhi menantang keangkuhan bukit batu Gehlaur dengan Cinta. Sesaat sebelum mulai membelahnya, Manjhi menatap ke langit sambil membisikkan, “tohre Liye” atau “Untukmu”.

Sumber gambar: IT, indiatimes.com.

Demi kehidupan

“Tiap orang didesain untuk melakukan pekerjaan tertentu, gairah atas kerjanya itu ada di hatinya.” —Jalaluddin Rumi (1207–1273)

Lihatlah keluar jendela. Pada burung-burung berkelana di fajar pagi merekah; dengan suka cita, demi sesuap biji-bijian atau serangga bagi anak-anaknya, hingga petang. Rasakan hembusan angin lembut di dedaunan yang sedang melebat. Atau pandanglah kanak-kanak berkejaran riang tak kenal lelah di depan rumah. Dan tubuh sehat kita ini kala terbangun dari tidur malam yang lelap.

Perhatikan bagaimana Alam Semesta bekerja selaras hukum yang ditentukan baginya. Matahari, sumber energi seluruh kehidupan, yang senantiasa bergerak di garis edarnya. Bumi, di mana kehidupan bergulir, yang terus bergerak melintasi orbitnya mengelilingi Matahari. Yang berputar pula pada porosnya, demi menghadirkan siang dan malam. Tidakkah kita merasakan kehadiran energi Cinta di dalam semua yang mengada itu?

Semakin kita menyadari apa yang mendasari terjadinya Alam Semesta semakin kita takjub dengan keindahan desainnya.

Sebuah atom adalah rongga kosong di mana keajaiban terbentang. Fisika nuklir menyatakan bahwa Alam Semesta tak mengandung materi setitik pun, bahkan di bagian terkecil atom yang paling kecil sekali pun. Melainkan merupakan susunan energi beserta kekuatannya yang tersusun harmonis, di mana tanpanya Alam Semesta tidak akan ada. Di tengah rongga kosong yang membentuk sebuah atom, mengelompok partikel berukuran sangat kecil di mana mengorbit sekawanan partikel yang bahkan lebih kecil lagi di sekelilingnya. Pergerakan mereka sedemikian cepatnya sehingga mereka berada serentak di mana-mana, menciptakan bola yang tampil “padat”. Maka, apa yang disebut partikel itu sesungguhnya bukan entitas padat, namun konstruksi dari berbagai jenis quark, yang oleh para fisikawan didefinisikan sebagai titik-titik energi yang bergerak cepat.

Dengan demikian, apa yang disebut sebagai materi dasar atau partikel dasar itu sebenarnya tidak ada. Segala sesuatu yang kita lihat dengar, atau sentuh, bahkan Bumi tempat kita tinggal ini, hanyalah bangunan pola-pola energi yang diatur oleh prinsip-prinsip harmonisasi yang sekaligus mengungkap adanya susunan mendasar dari sebuah Kecerdasan yang luar biasa. Jika salah satu saja prinsip keselarasannya tiada, atau bertentangan dengan pola keseluruhannya, Alam Semesta tidak memiliki landasan untuk eksis, dan karenanya tidak akan ada.

Tapi Alam Semesta memang ada! Yang adalah produk dari ‘Kecerdasan’ luar biasa bersama ’Spirit’ penyelarasnya, yang boleh jadi disebut ‘Cinta’. Di luarnya tak ada apa-apa. Satu-satunya bangun dasar yang ada di Alam Semesta adalah Kecerdasan beserta Spirit harmonisasinya, yaitu Cinta. Bila Alam Semesta mengada karena Cinta, maka untuk memahami diri kita dengan benar, kita juga semestinya bisa melihatnya dalam cahaya yang sama. Tanpa Cinta, Alam Semesta sama sekali tidak akan ada. Kita juga tidak pernah eksis tanpa Cinta.

Hukum Alam Semesta adalah keseimbangan, semua berasal dari keseimbangan, yang berdasarkan pada prinsip Cinta, yaitu ‘memberi dan diberi’. Dengan mencintai laut, nelayan akan mengenal lebih baik kekayaan laut yang telah memberinya kehidupan. Mencintainya akan membuat nelayan memperlakukan laut dengan rasa hormat, menghargai, menjaga, dan memeliharanya. Laut, bagai tanah bagi petani, adalah hakikat kehidupan nelayan. Seorang petani yang tidak menghayati tanah atau lahannya dengan Cinta, sesungguhnya bukanlah petani sejati.

Ada dimensi spiritual di dalam setiap pekerjaan.

Kala kita menyirami tanaman di kebun, kita berpartisipasi dalam penciptaan. Ketika kita mencat ulang dinding rumah kita, kita membawa keteraturan baru di lingkungan kita. Saat kita memperbaiki perabot rumah yang rusak, kita memperpanjang usianya, serta memperbarui kehidupannya. Ketika kita menyentuh apa saja dengan respek, menjaga dan merawatnya, kita turut mengontrol keseimbangan Alam dan menjadi bagian dari kelestarian Semesta.

Untuk rakyatku

“Kerjakan dengan bahasa Cinta, karena itu yang diinginkan setiap orang terhadap dirinya.” —Joko Widodo

Demikian pula halnya seorang pemimpin sejati, yang bekerja dengan Cinta sebagai bahan bakarnya. Dengan memandang Cinta dan prinsip spiritualitas sebagai dasar keputusan moralnya. Bisa menempatkan dirinya sebagai pelayan, memimpin dengan prinsip servant leadership. Menekankan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan, serta memiliki empati mendalam dengan senantiasa berjalan memakai sepatu orang lain.

Sebagai pemimpin bangsa, Jokowi pun menunaikan kepemimpinannya berdasar spiritualitas; dengan rasa hormat, Cinta, dan empati pada rakyatnya, yang dibalut dengan integritas diri (kebaikan, kejujuran, kesahajaan). Empati kepada warganya yang kurang beruntung dinyatakannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang bisa digunakan untuk meringankan beban perawatan medis, dan agar mereka yang putus sekolah dapat melanjutkannya kembali (2014). KIP memastikan seluruh anak usia sekolah (6–21 tahun) dari keluarga kurang mampu dapat terdaftar sebagai penerima bantuan tunai pendidikan sampai lulus SMA/SMK/MA).

Dan untuk mengurangi beban masyarakat sangat miskin, pemerintahan Jokowi juga menggulirkan Program Keluarga Harapan (PKH) guna memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yang sebelumnya berbasis rumah tangga berubah menjadi berbasis keluarga (2014). Dengan adanya perubahan ini, seluruh keluarga di dalam sebuah rumah tangga berhak menerima bantuan tunai. PKH diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar-generasi, sehingga generasi berikut bisa keluar dari perangkap kemiskinan.

Kepedulian Jokowi kepada kaum jelata juga tercermin pada kunjungannya ke berbagai wilayah yang selama ini terpinggirkan, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku Utara, Papua, dan lainnya. Melalui percakapan langsung dengan masyarakat setempat, Jokowi berniat “mengalami” sendiri apa yang dirasakan oleh warganya, agar kebijakan yang akan dibuatnya selaras dengan kebutuhan. Keterlibatan intim sedemikian ini dimungkinkan karena jiwanya yang merdeka bebas menempatkan dirinya di kalangan mana saja [Baca: Keteladanan Kesederhaan Membangun Jiwa Merdeka].

Demi menopang keseimbangan kehidupan bagi semua (equal benefits to all), ia terus membangun jalan di pelosok-pelosok Tanah Air. Termasuk di antaranya, menghubungkan daerah-daerah terpencil di Papua Barat melalui Trans Papua sepanjang 4.300 kilometer yang mulai dibangun besar-besaran sejak 2014. Dengan banyaknya dana yang tersedia setelah Jokowi memangkas 80% subsidi bahan bakar minyak (2015), juga dari penerimaan pajak melalui program tax amnesty (2016–2017), pemerintahannya kini leluasa menghadirkan pembangunan di sejumlah kawasan terdepan Indonesia (desentralisasi asimetris). 

2. Jalan Trans Papua.

Cinta kepada tanah air dan rakyatnya mewujud dalam niat membesut kehidupan.

Sumber gambar: Dok. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Kebanggaan kepada negerinya terusik ketika Jokowi menyaksikan sendiri sejumlah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang terpuruk kondisinya di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia. Tiga buah PLBN pengganti yang jauh lebih megah beserta sarana-prasarananya kemudian dibangunnya dalam waktu dua tahun (2016–2017), ditambah dengan tiga PLBN di Nusa Tenggara Timur, dan satu di Papua. Dan demi percepatan program elektrifikasi 35.000 MW, ia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Mobile Power Plant (MPP) serentak di delapan daerah; di Lombok, Bangka, Lampung, Nias, Pontianak, Riau, Belitung, dan Medan sebesar 500 MW, hanya dalam waktu enam bulan (2016).

Sebagai perwujudan cita-citanya menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, pemerintahan Jokowi memperkuat sektor kemaritiman dengan cara memaksimalkan potensi kelautan dan perikanan, serta membangun sarana-prasarana penunjangnya sejak dari Sabang hingga ke Merauke. Dengan membangun bandara di pulau-pulau terluar, seperti bandara Miangas, di Sulawesi Utara, terminal bandara Tanjung Api Tojo Una-una di Ampena, dan terminal bandara Kasiguncu di Poso (ketiganya diresmikan pada 2016), serta bandara Maratua, di Kalimantan Timur (2017). Termasuk mewujudkan Tol Laut yang merupakan konsep pengangkutan logistik kelautan dengan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar di seluruh Nusantara (diluncurkan pada 2015). Terjalinnya hubungan antar-pelabuhan ini akan menciptakan kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok-pelosok, dan membawa dampak pada menurunnya disparitas harga yang tinggi antara wilayah Barat dan Timur.

Dengan Cinta, si tukang kayu itu terus “memahat Indonesia”.

Membandingkan performa sejumlah pemimpin Asia-Australia, pada tutup tahun 2016 Bloomberg menilai Jokowi sebagai satu-satunya pemimpin yang memiliki performa positif.[1] Penilaian itu diberikan atas dasar kemampuan pemerintahan Jokowi memperkuat nilai tukar hingga 2,41 %, menjaga pertumbuhan ekonomi (GDP) tetap positif (5,02 % skala tahun ke tahun), dan memiliki tingkat penerimaan publik yang tinggi (69 %). Jokowi juga dianggap mampu menegaskan kewenangannya atas lembaga-lembaga politik di Indonesia pada 2016 dengan menguasai lebih dari dua pertiga kursi di parlemen—dukungan yang digunakannya untuk menggulirkan undang-undang tax amnesty demi membiayai program pembangunan sarana-prasarana di berbagai wilayah.[i]

Kurang lebih sebulan kemudian, yaitu pada 9 Februari 2017, PricewaterhouseCoopers (PwC) pun merilis ramalannya mengenai negara-negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada 2030 (the most powerful economies in the world by 2030). Dengan memproyeksikan produk domestik bruto (GDP) global dengan paritas daya beli (PPP) masing-masing negara[ii], PwC menempatkan Indonesia di urutan kelima, berturut-turut di bawah Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan Jepang; di atas Rusia, Jerman, Brasil, Meksiko, Inggris, dan 22 negara lainnya.

“Kerja adalah Cinta yang dinyatakan. Bila kau tak bisa bekerja dengan Cinta, melainkan dengan rasa tak suka, maka tinggalkanlah pekerjaanmu, dan duduk saja sambil menerima sedekah dari orang-orang yang bekerja dengan suka cita.” —Kahlil Gibran (1883–1931)

#JokowiUntukIndonesia


***


———
[i] Untuk menentukan peringkat pemimpin terbaik se Asia-Australia, Bloomberg mendata delapan pemimpin: Presiden Tiongkok, XI Jinping; Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe; Perdana Menteri India, Narendra Modi; Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye; Presiden Indonesia, Joko Widodo; Presiden Filipina, Rodrigo Duterte; Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak; dan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull.

[ii] Purchasing power parity (PPP) digunakan oleh para ahli ekonomi makro untuk menentukan produktivitas ekonomi dan standar kehidupan antar-negara dalam jangka waktu tertentu.


———
Referensi

Dashrath Manjhi: Some lesser known facts on the Mountain Man who worked for 22 years and carved a path through a mountain. India Today in Education, indiatoday.intoday.in/education.

Dashrath Manjhi. Wikipedia, id.wikipedia.org/wiki.

Rolf A. F. Witzsche. Without Love the Universe Would Not Exist. lovescapenovels.rolf-witzsche.com.

Hanny Kardinata. Keteladanan Kesederhanaan Membangun Jiwa Merdeka. Seword, wp.me/p6Y2pM-wuQ.

Kartu Indonesia Pintar (KIP). TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), tnp2k.go.id.

Program Keluarga Harapan (PKH). TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), tnp2k.go.id.

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Mobile Power Plant Parit Baru 4×25 MW, di Mempawah, Kalimantan Barat, 18 Maret 2017. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, setkab.go.id.

Selain Entikong, Ada 6 Pos Perbatasan Negara yang Dibangun Pemerintah. detikNews, news.detik.com.

Who’s Had the Worst Year? How Asian Leaders Fared in 2016. Bloomberg, bloomberg.com.

A prediction: The world’s most powerful economies in 2030. World Economic Forum, weforum.org.


———
Tulisan lainnya klik di sini.




No comments:

Post a Comment