Wednesday, November 16, 2016

Pengabdian (Dedication)

Your work is to discover your world and then with all your heart give yourself to it. 
—Buddha
Direktur pertama Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI),sekarang Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta adalah R.J. Katamsi Martoraharjo (1897–1973). Pengabdian yang diteladankannya sebagai seorang guru kata sementara orang hanya bisa ditandingi oleh Ki Hadjar Dewantara, pahlawan pendidikan nasional Indonesia itu. 

Semangat pengabdiannya bagi dunia pendidikan ditunjukkan secara gamblang melalui perjalanan hidupnya di Yogyakarta, sejak mengajar di MULO dan AMS, kemudian merintis berdirinya akademi seni rupa pertama di Indonesia, ASRI, dan dipercaya untuk memimpinnya. Sebagai direkturnya yang pertama, R.J. Katamsi harus menerima kenyataan bahwa ia mesti memulai semuanya dari nol. Sebuah pekerjaan besar dan berat kalau diingat bahwa semua kondisi pendukungnya waktu itu sangatlah lemah; pengalaman belum ada, sumber daya manusia sangat kurang kalau tidak boleh dibilang tidak ada, gedung dan alat-alat sebagai perangkat keras juga belum ada, begitu pun perangkat lunaknya. Sebelum memiliki gedung sendiri, perkuliahan terpaksa dilaksanakan di banyak tempat dengan basis menumpang, antara lain di rumahnya sendiri di Jalan Gondolayu 20.

R.J. Katamsi memimpin ASRI hingga masa pensiunnya pada 1958. Tapi walaupun sudah pensiun, beliau masih tetap memberi kuliah baik di ASRI maupun di Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada.

Walau pun di masa penjajahan Belanda R.J. Katamsi mendapat gaji 400 gulden (lebih besar dari gaji seorang dokter Jawa), pada akhir hayatnya boleh dibilang Katamsi tidak memiliki apa-apa. Namun, beliau legawa dalam soal ini sebagaimana pernah diutarakannya:
“…kalau seseorang bercita-cita ingin menjadi kaya, lebih baik jangan menjadi guru.”
Dan lebih lanjut dikatakannya:
“Pahit getir, suka dan duka sudah saya alami selama 46 tahun menjadi guru, tetapi sungguh-sungguh senang. Walau pun selama 46 tahun saya menjadi guru itu tidak menjadi orang yang kaya. Yang saya cari memang bukan kekayaan, tetapi kepuasan. Saya sudah puas jika melihat murid-murid saya menjadi orang ternama. Saya ikut bangga dan bersyukur bahwa perjuangan saya tidak sia-sia.”
—Dari buku Desain Grafis Indonesia dalam Pusaran Desain Grafis Dunia I, h. 111–115, dan 137 


Gambar memperlihatkan Presiden Soekarno pada kunjungannya ke studio ASRI, di jalan Ngabean 5, Yogyakarta, 1955, disambut oleh R.J. Katamsi dan staf pengajar lainnya.
R.J. Katamsi beserta staf pengajarnya di depan gedung ASRI di jalan Bintaran Lor.

No comments:

Post a Comment