Saturday, October 15, 2016

Kegigihan (Persistence)


Persistence can grind an iron beam down into a needle. 
—Chinese Proverb

Wedha Abdul Rasyid (1951–kini), ilustrator yang sejak 1977 berkarya bagi majalah Hai dan dikenal dengan ilustrasi-ilustrasinya untuk cerita Lupus karangan Hilman Hariwijaya, memulai gaya WPAP pada periode 1990–1991 (Lihat: Berterima Kasih (Gratitude). Pada masa itu Wedha mulai merasakan menurunnya fungsi matanya dan juga merasa terlalu cepat lelah. Kendala fisik itu mengganggunya setiap kali harus menyelesaikan gambar sosok manusia realis, yang menurut Wedha memiliki tingkat kesulitan paling tinggi.

Dalam kondisi seperti itulah Wedha mulai memikirkan cara yang lebih mudah dalam menggambar wajah manusia—secara manual ataupun dengan menggunakan komputer—dengan membayangkan wajah manusia sebagai kumpulan bidang-bidang datar yang dibentuk oleh garis-garis imajiner. Berbeda dengan pemahaman Kubisme, WPAP menggabungkan ragam warna sehingga membentuk karakter tokoh yang digambarkan. Cara menggambar seperti ini pada awalnya diberi nama Foto Marak Berkotak (FMB) dan kelak, sebagai sebuah gaya, namanya diubah menjadi Wedha’s Pop Art Portrait.

Gaya Pop Art khas Indonesia yang berangsur-angsur diapresiasi oleh berbagai kalangan ini akhirnya melahirkan Komunitas WPAP (27 September 2010). Melalui jejaring sosial Facebook, Komunitas WPAP berkembang di seluruh wilayah Indonesia, dan di berbagai negara lainnya. Pada 2013, anggotanya telah mencapai sekitar 7.000 orang.


Ilustrasi Keluarga Cemara, Wedha Abdul Rasyid, majalah remaja Hai. Gaya menggambar Wedha sebelum menemukan gaya Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP).

Ilustrasi karya Wedha dengan gaya Foto Marak Berkotak (FMB) cikal bakal gaya WPAP, berturut-turut menggambarkan Mick Jagger, Iwan Fals, dan grup musik Slank, 1990-an

Perkembangan gaya WPAP. The Avengers, Wedha Abdul Rasyid, 2012.

Eksplorasi terus menerus Wedha terhadap gaya yang telah diciptakannya sendiri ini membuat gaya yang dipakainya untuk menggambar potret ini telah melampaui batasan awalnya.


No comments:

Post a Comment